Jumat, 08 Mei 2015

#Cerpen_ World Cup in Love

World Cup In Love
Oleh : Desy Nurindah
“Apaan Brazil, nggak mungkin Brazil menang!!” seru Bryan yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarku.
“Biarin, aku yakin Brazil akan jadi juara piala dunia tahun ini!” kujulurkan lidahku dengan pede.
“Aku yakin pasti Argentina yang akan jadi juara!”
“Nggak bisa.., pokoknya Braziiiiiiiiil..!” teriakku keras-keras, membangunkan Neymar yang tidur di sebelahku.
“Oh Neymar-ku sayang, maafkan aku. Aku tak sengaja membangunkanmu..,” kubelai punggung Neymar dengan tangan kananku. Kukecup mesra kedua belah pipinya. Dibalasnya kecupanku dengan manja. Oh Neymar, sungguh aku mencintaimu!
“Dasar cewek aneh!” ejek Bryan kepadaku. Dijulurkannya lidah merah mudanya.
“Apaan sih kamu ini, selalu saja menggangguku?!!” teriakku geram. Kulemparkan boneka minion yang bersandar di sebelahku.
“Sudah-sudah! Kalian ini, kalau berkumpul selalu saja bertengkar. Bunda pusing mendengarnya. Ayo sahur dulu!” wanita tercantik yang berstatus Bundaku itu menarik lenganku menuju ruang makan.
Setelah mengambil makanan, aku langsung bergegas ke ruang keluarga. Kucolokkan kabel tv ke stop kontak dan segera mencari channel ANTV ketika layar tv telah menyala. Alhamdulillah., masih jam 02.30. Untunglah aku tak melewatkan laga antara Netherland vs USA pada semi final Piala Dunia 2014 .
Tiba-tiba Neymar duduk di sampingku. Astaga, aku lupa tak menawarinya makan. Biasanya aku selalu mengajaknya makan sahur, meskipun aku tahu dia tak mungkin puasa. “Bryan, kakak sepupuku yang paling ganteng, tolong ambilkan makanan untuk Neymar,ya?!” pintaku dengan suara lembut dan manja yang kubuat-buat.
“Nggak ah, ambil aja sendiri!” bantah Bryan dengan nada khasnya yang cuek.
Huh.., dasar Bryan, selalu saja membuatku kesal. Dengan hati yang terus mengomel dan wajah cemberut menyerupai ikan badut, kuangkat kakiku menuju ruang makan. Kuambilkan seporsi makanan untuk Neymar, setengah dari porsi makanku. Sengaja aku memberinya makan sedikit, karena aku tak mau dia kehilangan tubuh atletisnya. Ya, inilah salah satu bentuk cintaku pada Neymar.
“Neymar sayang, ini makanan untukmu. Dihabiskan, ya!”
“Meeong.., meeeong.., meeeooong.,”
***#***
“Neymar..! Bryan, kamu apakan Neymarku ?” tanyaku sesenggukan.
Bryan hanya diam memandangiku yang tengah menangis sembari memeluk tubuh Neymar. Baru pertama kali, wajahnya memperlihatkan penyesalan atas perbuatannya kepadaku. Kali ini Bryan sangat keterlaluan! Perbuatannya sangat sulit atau bahkan tak bisa kumaafkan. Dia telah merenggut Neymar, kucing kesayanganku.
Pagi tadi Bryan meminta izin padaku untuk mengajak Neymar jalan-jalan. Karena kupikir Bryan bisa menjaga Neymar dengan baik, dengan senang hati kupasrahkan Neymar padanya. Namun nyatanya apa?!! Dia mengembalikan Neymarku tanpa nyawa.
“Maafkan aku Akiraa.,” sesal Bryan.
“Pergi.., aku nggak mau lihat kamu lagi! Aku benci kamu!”
Aku segera berlari bersama Neymar yang tidur pulas di dekapanku. Tak ada lagi canda tawa, tangisan, dan manjanya. Dia telah pergi. Meninggalkan raganya untuk kupeluk. Maafkan aku Neymar, aku tak bisa menjagamu dengan baik. Tak bisa menepati janjiku untuk membawamu kuliah di negeri asal Hello Kitty. Padahal tinggal beberapa bulan, aku akan pergi ke sana. Huh.., harusnya aku tak mengizinkan Bryan pergi membawamu. Aku tak tahu jika akan berujung seperti ini..
***#***
Waktu seminggu berlalu tanpa kehadiran Neymar di hidupku. Aku merasa benar-benar sangat kesepian. Padahal Bunda dan Ayahku selalu ada di rumah.Tak ada lagi yang istimewa. Terlebih Brazil harus menelan bulat-bulat kekalahannya atas Jerman 7-1, pagi tadi. Kekalahan yang sedikit menghapus keyakinanku bahwa Brazil akan menjadi juara piala dunia.
Mungkin benar apa kata Bryan, kalau Brazil tak akan menjadi pemenang Piala Dunia tahun ini. Bryan, di mana ya dia sekarang? Kenapa ada rasa kehilangan saat dia pergi, setelah kematian Neymar? Padahal, jelas-jelas waktu itu aku yang menyuruhnya pergi..
“Akiraa., bukakan pintunya Sayang, ada sesuatu untukmu!” seru Bunda dari balik pintu kamarku.
 Aku sengaja mengunci kamarku, Aku tak mau diganggu. “Iya Bun, sebentar.” Ucapku tanpa semangat.
            Sebuah kandang kucing, lengkap dengan kucing persia berwarna coklat muda, hampir mirip dengan Neymar, kini berada di pangkuan kedua telapak tanganku.
“Bunda, terimakasih. Tapi, aku tak mau lagi memelihara kucing.,” kuserahkan benda yang kupegang pada Bunda.
“Tapi ini bukan pemberian Bunda.”
            “Lalu, siapa?”
            Bunda tak menjawab. Kulihat sebuah origami merah terlipat rapi membentuk kucing, tergeletak di dalam kandang. Entah mengapa, aku merasa sangat yakin bahwa di dalam lipatan origami itu tertera nama pengirim. Kuambil origami itu. Perlahan kubuka, dan benar saja..
            Dear Akira,
            Akira, sebelumnya aku minta maaf untuk semua kesalahan yang pernah aku perbuat kepadamu, dari awal kita mengenal hingga detik ini. Terutama, aku ingin minta maaf soal Neymar.
Sebenarnya waktu itu aku mengajak Neymar untuk chek-up ke dokter. Karena kata Bunda, Neymar menderita penyakit gagal ginjal. Mungkin kamu belum tahu soal ini, kami sengaja menyembunyikannya darimu, karena kami tak mau kamu sedih. Tapi sayang, sebelum sampai di klinik, Neymar sudah pergi. Maafkan aku, harusnya aku tak mengajaknya waktu itu.,
Oh iya Akira, ini ada seekor kucing yang menurut aku hampir sama dengan Neymar. Terserah kamu mau menamakannya siapa. Aku harap kamu bisa senang dengan kucing ini, dan aku harap kamu mau menerima permintaan maafku dengan menjadikannya peliharaanmu. Bukan maksudku agar kau melupakan Neymar, karena aku yakin di hatimu Neymar tak kan pernah bisa tergantikan, meskipun dengan hatiku sekalipun.
Akira.., perlu kau tahu sebenarnya aku menyayangimu. Aku menyayangimu lebih dari rasa sayang seorang kakak pada adik sepupunya. I Love You.
With Love,
Bryan Leonata
***#***
             Hari ini, 13 Juli 2014. Bryan sengaja menginap di rumahku untuk nonton final piala dunia bersama keluargaku. Argentina vs Jerman. Tentu harapannya Argentina yang menang. Namun sayang, Jermanlah yang akhirnya menjunjung kemenangan. Akibat satu gol dari Mario Gootze.
Benar-benar di luar dugaan..
            “I love you.,” bisik Bryan padaku.

Aku hanya tersenyum. Tak bisa kupungkiri, sebenarnya aku juga mencintainya. Hari ini, kami resmi menyandang status sebagai sepasang kekasih. Dan untuk pertama kalinya, aku ikhlas memanggilnya dengan sebutan kakak. Aku sama sekali tak menduga kalau akhirnya aku pun jatuh cinta padanya. Seperti kisah kemenangan Jerman yang tak pernah kuduga.. 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar