World
Cup In Love
Oleh : Desy Nurindah
“Apaan
Brazil, nggak mungkin Brazil menang!!” seru Bryan yang tiba-tiba muncul dari
balik pintu kamarku.
“Biarin,
aku yakin Brazil akan jadi juara piala dunia tahun ini!” kujulurkan lidahku
dengan pede.
“Aku
yakin pasti Argentina yang akan jadi juara!”
“Nggak
bisa.., pokoknya Braziiiiiiiiil..!” teriakku keras-keras, membangunkan Neymar
yang tidur di sebelahku.
“Oh
Neymar-ku sayang, maafkan aku. Aku tak sengaja membangunkanmu..,” kubelai
punggung Neymar dengan tangan kananku. Kukecup mesra kedua belah pipinya.
Dibalasnya kecupanku dengan manja. Oh Neymar, sungguh aku mencintaimu!
“Dasar
cewek aneh!” ejek Bryan kepadaku. Dijulurkannya lidah merah mudanya.
“Apaan
sih kamu ini, selalu saja menggangguku?!!” teriakku geram. Kulemparkan boneka
minion yang bersandar di sebelahku.
“Sudah-sudah!
Kalian ini, kalau berkumpul selalu saja bertengkar. Bunda pusing mendengarnya.
Ayo sahur dulu!” wanita tercantik yang berstatus Bundaku itu menarik lenganku
menuju ruang makan.
Setelah
mengambil makanan, aku langsung bergegas ke ruang keluarga. Kucolokkan kabel tv
ke stop kontak dan segera mencari channel
ANTV ketika layar tv telah menyala. Alhamdulillah., masih jam 02.30. Untunglah
aku tak melewatkan laga antara Netherland vs USA pada semi final Piala Dunia
2014 .
Tiba-tiba
Neymar duduk di sampingku. Astaga, aku lupa tak menawarinya makan. Biasanya aku
selalu mengajaknya makan sahur, meskipun aku tahu dia tak mungkin puasa. “Bryan,
kakak sepupuku yang paling ganteng, tolong ambilkan makanan untuk Neymar,ya?!”
pintaku dengan suara lembut dan manja yang kubuat-buat.
“Nggak
ah, ambil aja sendiri!” bantah Bryan dengan nada khasnya yang cuek.
Huh..,
dasar Bryan, selalu saja membuatku kesal. Dengan hati yang terus mengomel dan
wajah cemberut menyerupai ikan badut, kuangkat kakiku menuju ruang makan.
Kuambilkan seporsi makanan untuk Neymar, setengah dari porsi makanku. Sengaja
aku memberinya makan sedikit, karena aku tak mau dia kehilangan tubuh
atletisnya. Ya, inilah salah satu bentuk cintaku pada Neymar.
“Neymar
sayang, ini makanan untukmu. Dihabiskan, ya!”
“Meeong..,
meeeong.., meeeooong.,”
***#***
“Neymar..!
Bryan, kamu apakan Neymarku ?” tanyaku sesenggukan.
Bryan
hanya diam memandangiku yang tengah menangis sembari memeluk tubuh Neymar. Baru
pertama kali, wajahnya memperlihatkan penyesalan atas perbuatannya kepadaku. Kali
ini Bryan sangat keterlaluan! Perbuatannya sangat sulit atau bahkan tak bisa
kumaafkan. Dia telah merenggut Neymar, kucing kesayanganku.
Pagi
tadi Bryan meminta izin padaku untuk mengajak Neymar jalan-jalan. Karena
kupikir Bryan bisa menjaga Neymar dengan baik, dengan senang hati kupasrahkan
Neymar padanya. Namun nyatanya apa?!! Dia mengembalikan Neymarku tanpa nyawa.
“Maafkan
aku Akiraa.,” sesal Bryan.
“Pergi..,
aku nggak mau lihat kamu lagi! Aku benci kamu!”
Aku
segera berlari bersama Neymar yang tidur pulas di dekapanku. Tak ada lagi canda
tawa, tangisan, dan manjanya. Dia telah pergi. Meninggalkan raganya untuk
kupeluk. Maafkan aku Neymar, aku tak bisa menjagamu dengan baik. Tak bisa
menepati janjiku untuk membawamu kuliah di negeri asal Hello Kitty. Padahal
tinggal beberapa bulan, aku akan pergi ke sana. Huh.., harusnya aku tak
mengizinkan Bryan pergi membawamu. Aku tak tahu jika akan berujung seperti
ini..
***#***
Waktu
seminggu berlalu tanpa kehadiran Neymar di hidupku. Aku merasa benar-benar
sangat kesepian. Padahal Bunda dan Ayahku selalu ada di rumah.Tak ada lagi yang
istimewa. Terlebih Brazil harus menelan bulat-bulat kekalahannya atas Jerman
7-1, pagi tadi. Kekalahan yang sedikit menghapus keyakinanku bahwa Brazil akan
menjadi juara piala dunia.
Mungkin
benar apa kata Bryan, kalau Brazil tak akan menjadi pemenang Piala Dunia tahun
ini. Bryan, di mana ya dia sekarang? Kenapa ada rasa kehilangan saat dia pergi,
setelah kematian Neymar? Padahal, jelas-jelas waktu itu aku yang menyuruhnya
pergi..
“Akiraa.,
bukakan pintunya Sayang, ada sesuatu untukmu!” seru Bunda dari balik pintu
kamarku.
Aku sengaja mengunci kamarku, Aku tak mau
diganggu. “Iya Bun, sebentar.” Ucapku tanpa semangat.
Sebuah kandang kucing, lengkap dengan kucing persia
berwarna coklat muda, hampir mirip dengan Neymar, kini berada di pangkuan kedua
telapak tanganku.
“Bunda,
terimakasih. Tapi, aku tak mau lagi memelihara kucing.,” kuserahkan benda yang
kupegang pada Bunda.
“Tapi
ini bukan pemberian Bunda.”
“Lalu, siapa?”
Bunda tak menjawab. Kulihat sebuah origami merah terlipat
rapi membentuk kucing, tergeletak di dalam kandang. Entah mengapa, aku merasa
sangat yakin bahwa di dalam lipatan origami itu tertera nama pengirim. Kuambil
origami itu. Perlahan kubuka, dan benar saja..
Dear
Akira,
Akira,
sebelumnya aku minta maaf untuk semua kesalahan yang pernah aku perbuat
kepadamu, dari awal kita mengenal hingga detik ini. Terutama, aku ingin minta
maaf soal Neymar.
Sebenarnya waktu itu aku mengajak
Neymar untuk chek-up ke dokter. Karena
kata Bunda, Neymar menderita penyakit gagal ginjal. Mungkin kamu belum tahu
soal ini, kami sengaja menyembunyikannya darimu, karena kami tak mau kamu
sedih. Tapi sayang, sebelum sampai di klinik, Neymar sudah pergi. Maafkan aku,
harusnya aku tak mengajaknya waktu itu.,
Oh iya Akira, ini ada seekor kucing
yang menurut aku hampir sama dengan Neymar. Terserah kamu mau menamakannya
siapa. Aku harap kamu bisa senang dengan kucing ini, dan aku harap kamu mau
menerima permintaan maafku dengan menjadikannya peliharaanmu. Bukan maksudku
agar kau melupakan Neymar, karena aku yakin di hatimu Neymar tak kan pernah
bisa tergantikan, meskipun dengan hatiku sekalipun.
Akira.., perlu kau tahu sebenarnya aku
menyayangimu. Aku menyayangimu lebih dari rasa sayang seorang kakak pada adik
sepupunya. I Love You.
With
Love,
Bryan Leonata
***#***
Hari ini, 13 Juli 2014. Bryan sengaja menginap
di rumahku untuk nonton final piala dunia bersama keluargaku. Argentina vs
Jerman. Tentu harapannya Argentina yang menang. Namun sayang, Jermanlah yang
akhirnya menjunjung kemenangan. Akibat satu gol dari Mario Gootze.
Benar-benar
di luar dugaan..
“I love you.,” bisik Bryan padaku.
Aku
hanya tersenyum. Tak bisa kupungkiri, sebenarnya aku juga mencintainya. Hari
ini, kami resmi menyandang status sebagai sepasang kekasih. Dan untuk pertama
kalinya, aku ikhlas memanggilnya dengan sebutan kakak. Aku sama sekali tak
menduga kalau akhirnya aku pun jatuh cinta padanya. Seperti kisah kemenangan
Jerman yang tak pernah kuduga..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar